Sebelum memahami kalimat terkenal itu, yang entah dari mana asal mulanya,
Coba kita simak peristiwa berikut :
Pada hari rabu sebut saja andi namanya sedang bekerja di perusahaan A, dia sebagai office boy bertugas menyiapkan minuman di pagi hari untuk para pegawai diperusahaan itu, khususnya lantai 1. Hari rabu ini tidak ada jadwal special, sehingga pekerjaan dipastikan biasa saja, menyiapkan dan menyediakan minuman, menawarkan cemilan, merapikan ruangan, membersihkan alat gelas dan piring dan bersama cleaning service membersihkan ruangan sebelum dan sesudah jam kantor.
Esok hari, hari kamis dia datang lebih awal dari rumah karena berharap bekerja bisa lebih awal dan bersemangat, namun dalam perjalanan motornya kempes dan ternyata tertancap paku. Dengan tenang hati dia mencari tukang tambal ban dan memberikan informasi kepada rekan kerjanya akan peristiwa yang dialaminya. Sehingga dia sampai kekantor terlambat setengah jam dari biasanya, namun aktivitas kantor berjalan dengan baik seperti biasanya, tidak ada masalah berarti bagi para pegawai yang biasanya dia layani, bahkan pekerjaannya sedikit lebih ringan sebab dibantu rekannya yang dari pagi menggantikan pekerjaannya.
Di hari jum’at, hari ini dia berangkat tidak lebih awal dan juga tidak lebih lambat dari biasanya, berharap tidak terjadi apa-apa seperti hari kamis yang dia berikan lebih semangat dari hari rabu tapi ternyata malah terlambat. Akhirnya diapun sampai di kantor tepat waktu seperti biasanya, tanpa kejadian ban bocor ataupun tabrakan dalam perjalanannya. Sesampai dikantor dia pun langsung membereskan dan menyiapkan minuman dan mengantarkan satu persatu kepada pegawai di lantai 1 gedung itu, saat mengantarkan minuman tiba-tiba 5 gelas terakhir jatuh, pecah berantakan tertabrak salah seorang pegawai yang sedang sedang berjalan berpapasan dengannya, namun bukannya pegawai itu minta maaf tetapi malah memarahi dengan nada cukup tinggi sehingga menarik perhatian beberapa pegawai lainnya, dia yang merasa tidak bersalah tapi merasa pegawai itu lebih tinggi jabatannya akhirnya hanya diam dan mendengarkan ocehan pegawai itu sambil membereskan gelas yang pecah berantakan ke lantai dengan sedikit kesal di dalam hati.
Dari 3 hari dengan peristiwa berbeda dialami Andi, dimana hari keduaa adalah hari yang lebih baik dari hari sebelumnya tapi di hari ketiga dia tidak lebih baik dari hari rabu, dengan tingkat ujian yang bertingkat naik dari hari pertama sampai hari ketiga, Andi menyikapi dengan tidak lebih baik, di hari kedua dia bersemangat dan berniat membuat harinya lebih baik dari kemarin walaupun pada akhirnya mendapat ujian tak terduga tapi karena dia menyikapi dengan tenang, tepat dan akhirnya berlalu dengan baik bahkan aktivitasnya lebih ringan serta mendapat perhatian lebih dari rekan kerjanya. Sedangkan di hari ketiga dia tidak berniat melakukan lebih/ lebih bersemangat ke kantor berharap tidak ada kejadian mendadak negatif yang dialaminya tapi ternyata malah mendapat kejadian lebih parah dari sekedar ban bocor dan datang terlambat ke kantor, dia dimarahi dan dimaki atas kesalahan yang diperbuat orang lain sehingga pekerjaannya pun terasa berat dan berat. Sekian.
Jadi menurut hemat saya, pernyataan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari sekarang adalah sebuah pernyataan yang dijadikan agar kita dapat memnfaatkan waktu luang, memanfaatkan ilmu yang kita punya dan memaksimalkan serta memberi nilai lebih terhadap pekerjaan rutin, sekalipun ada peristiwa mendadak/ ujian tak terduga kita dapat menyikapinya dengan baik, dan jikalau pada akhirnya kita merasa hari ini tidak baik dengan hari kemarin kita lihat dari segi apa dulu? Bersyukurlah pada setiap nilai positif yang kita berikan dan dapatkan pada hari itu, dan berprasangka baiklah pada setiap ujian ataupun peristiwa apapun yang kita alami pada hari itu, bersikap dan menyikapi hal lebih baik serta SADAR akan nilai baik dan buruk apalagi dapat menilai itu baik dan buruk adalah salah satu point penting dalam menimbang kebaikan hidup kita disetiap harinya. Jangan sekali-kali menghukumi hari ini baik atau buruk, tapi cukup menyadarinya saja. Karena orang yang suka menghukumi umumnya tidak ada tindakan mensyukuri apalagi berusaha memperbaiki, tapi orang yang menyadari akan mensyukuri bahkan berusaha memperbaiki ketidak baikan yang dia sadari.
Sekian, semoga pola pikir, pola hati dan pola kehidupan kita terus bertambah lebih baik, sekalipun sunnatullohnya iman itu akan naik dan turun tetapi setidaknya kita bisa selalu mengusahakan memberikan yang terbaik dan mengoptimalkan hari demi hari kualitas iman, islam, ilmu dan umur kita.
|
Dalam sisi tepi laskar |